Laman

Kamis, 10 Februari 2011

Sejarah Nabi Muhammad saw

Pada saat yang
sangat kritis ini
muncullah sebuah
bintang pada malam
yang gelap gulita,
sinarnya semakin
terang membuat
malam menjadi
terang benderang, ia
bukan bintang yang
biasa, tapi bintang
yang sangat luar
biasa, bahkan

matahari di siang
haripun malu
menampakkan
sinarnya karena
bintang ini adalah
maha bintang yang
terlahirkan ke muka
bumi, ialah cahaya
dalam kegelapan, ia
adalah cahaya di
dalam dada, ia
dikenal dengan
Nama Muhammad,
menurut sejarawan
bintang ini tepat
terlahir tanggal 17
Rabi ’ul Awwal (12
Rabi’ul awwal
menurut mazhab
sunni) 570 M, bintang
ini tak pernah padam
walaupun 14 abad
setelah
ketiadaannya,
bahkan ia semakin
terang dan semakin
terang, dari bintang
ini terlahir 13 bintang
yang lain, yang selalu
menjadi hujjah bagi
bintang-bintang
yang sulit bersinar
lainnya di setiap
zamannya. Ia
memiliki silsilah yang
berhubungan
langsung dengan
jawara Tauhid
melalui anaknya
Ismail AS, yang
dilahirkan melalui
rahim-rahim suci dan
terpelihara dari
perbuatan-
perbuatan
mensekutukan
Tuhan. Ia begitu suci
sehingga Tuhan
memerintahkan
kepada Para
Malaikat dan Jin
untuk bersujud
kepada Adam,
karena cahayanya
dibawa oleh Adam AS
untuk disampaikan
kepada maksud, ia
adalah rencana
Tuhan yang teramat
besar yang langit
dan bumi pun tak
kan sanggup
memikulnya.
Peristiwa
kelahiran sang
bintang dipenuhi
dengan kejadian-
kejadian yang
luarbiasa, dimulai
dengan peristiwa
padamnya api
“abadi” di
kerajaan Persia,
hancurnya
sesembahan batu di
sana, dan
penyerangan
pasukan bergajah
untuk
menghancurkan
Ka ’bah, yang di
kemudian hari
menjadi kiblat
baginya dan
ummatnya sampai
akhir zaman, namun
tentara yang besar
ini dihancurkan oleh
burung-burung yang
dikirimkan oleh Sang
Pemilik kiblat
(Ka’bah),
karenanya tahun ini
dinamakan tahun
Gajah. Sudah
menjadi tradisi
kelahiran manusia
luar biasa harus juga
didahului peristiwa
yang luar biasa.
Muhammad
namanya, ayahnya
bernama Abdullah,
Ibundanya Aminah,
kedua orang tuanya
berasal dari silsilah
yang mulia yang
merupakan
keturunan Jawara
Tauhid (Ibrahim AS).
Abdullah lahir
kedunia hanya untuk
membawa nur
Muhammad dan
“meletakkannya”
ke dalam rahim
Aminah, Sang isteri
saat itu mengandung
(2 bulan) bayi yang
kelak menjadi
manusia besar.
Setelah lama
kepergian sang
suami, sang isteri
merasakan kesepian
yang amat dalam,
walaupun suaminya
selalu berkirim surat.
Namun pada saat
lain surat tidak lagi ia
terima, begitu riang
hatinya ternyata ia
melihat rombongan
dagang suaminya
telah pulang, tapi Ia
amat terkejut
karena tak dilihatnya
suaminya, datanglah
seseorang dari
rombongan tersebut
yang menyampaikan
berita kepada
Aminah, mulutnya
begitu berat untuk
mengucapkan kata
– kata ini kepada
wanita ini, ia tidak
sanggup
mengutarakannya,
namun akhirnya
terucap juga bahwa
sang suami telah
berpulang ke hadirat
Allah Swt dan
dimakamkan di
abwa.
Begitu
goncang hatinnya
mendengarkan hal
ini, tak sanggup
menahan tangisnya,
ia menangis
menahan sedih dan
tak makan beberapa
hari, namun ia
bermimpi, dalam
mimpinya seorang
wanita datang dan
berkata kepadanya
agar ia menjaga bayi
dalam janinnya
dengan baik – baik.
Ia berulang kali
bermimpi bertemu
dengan wanita
tersebut yang
ternyata adalah
Maryam binti Imran
(Ibu Isa as). Dalam
mimpinya sang
wanita mulia ini
berkata : “Kelak
bayi yang ada
didalam rahimmu
akan menjadi
manusia paling mulia
sejagat raya, maka
jagalah ia baik –
baik hingga
kelahirannya.
Saat ayahanda
Muhammad yang
mulia ini Wafat
dalam usia 20 tahun
(riwayat lain – 17
tahun), sang bintang
kita ini sedang
berada dalam
kandungan ibunya,
beberapa tahun
kemudian Bunda
Sang bintang
menyusul suaminya
dan dimakamkan di
Abwa juga.
Muhammad dibawa
pulang oleh Ummu
Aiman dan diasuh
oleh kakeknya,
belum lagi hilang
duka setelah
ditinggal Sang Bunda,
ia pun harus
kehilangan kakeknya
ketika umurnya
belum lagi menginjak
delapan tahun.
Setelah kepergian
sang kakek, sang
bintang (Muhammad)
diasuh oleh
pamannya, Abu
Tholib, seorang putra
Abdul Mutholib yang
pertama
menyatakan
keimanannya
kepada
kemenakannya
sendiri (Muhammad).
Pemandu ilahi selalu
saja dipilihkan oleh
Ilahi untuk memiliki
profesi sebagai
seorang gembala,
melalui profesi ini
beliau mengarungi
beberapa waktu
kehidupannya untuk
menjadi
“ gembala” domba
yang lebih besar,
inilah pilihan Ilahi
yang memilihkan
baginya sebuah jalan
dimana hal ini
penting bagi orang
yang akan berjuang
melawan orang-
orang hina yang
berpikiran sampai
menyembah aneka
batu dan pohon, ilahi
menjadikannya kuat
sehingga tidak
menyerah kepada
apapun kecuali
keputusan-Nya. Ada
penulis sirah yang
mengutip kalimat
Nabi berikut ini, “
Semua Nabi pernah
menjadi gembala
sebelum beroleh
jabatan kerasulan. ”
Orang bertanya
kepada Nabi, ”
Apakah Anda juga
pernah menjadi
gembala ?” Beliau
menjawab,” Ya.
Selama beberapa
waktu saya
menggembalakan
domba orang Mekah
di daerah Qararit. ”
Sang
bintang terlahir
bukan dari kalangan
orang yang teramat
kaya, belum lagi ia
dilahirkan sebagai
seorang yatim, dan
telah kehilangan
Ayah, Ibu di masa
kecil sebagai tempat
bernaung, apa yang
dapat dikatakan oleh
anak kecil yang telah
kehilangan kedua
orang tuanya
sedangkan dia
sendiri masih
membutuhkan
naungan kedua
orang tua dan kasih
sayang mereka. Mari
kita masuk ke
jazirah Arabia lebih
jauh lagi, kita dapat
melihat bahwa
kondisi keuangan
Muhammad terbilang
cukup sulit.
Muhammad terkenal
dengan kemuliaan
rohaninya, keluhuran
budi, keunggulan
ahklaq dan dirinya
dikenal di
masyarakat sebagai
“orang jujur” (al-
Amin), ia menjadi
salah seorang kafilah
dagang Khodijah
yang terpercaya dan
Khodijah
memberikan dua kali
lipat dibandingkan
yang diberikannya
kepada orang lain.
Kafilah Quraisy,
termasuk barang
dagangan Khodijah,
siap bertolak, kafilah
tiba di tempat
tujuan. Seluruh
anggotanya
mengeruk laba.
Namun, laba yang
diperoleh Nabi lebih
banyak ketimbang
lain. Kafilah kembali
ke Makkah. Dalam
perjalanan, Sang
bintang melewati
negeri ‘Ad dan
Tsamud. Keheningan
kematian yang
menimpa kaum
pembangkang itu
mengundang
perhatian sang
bintang.
Kafilah
mendekati Mekah,
Maisarah, berkata
kepada sang Bintang,
“ Alangkah baiknya
jika Anda memasuki
Mekah mendahului
kami dan
mengabarkan
kepada Khodijah
tentang
perdagangan dan
keuntungan besar
yang kita
dapatkan.” Nabi
tiba di Mekah ketika
Khodijah sedang
duduk di kamar
atasnya. Ia berlari
turun dan mengajak
Nabi ke ruangannya.
Nabi menyampaikan,
dengan
menyenangkan, hal-
hal menyangkut
barang dagangan.
Maisarah
menceritakan
tentang Kebesaran
jiwa Al-Amin selama
perjalanan dan
perdagangan.
Maisarah
menceritakan “Di
Busra, Al-Amin duduk
di bawah pohon
untuk istirahat.
Seorang pendeta,
yang sedang duduk
di biaranya,
kebetulan
melihatnya. Ia
datang seraya
menanyakan
namanya kepada
saya, kemudian ia
berkata, ‘Orang
yang duduk di bawah
naungan pohon itu
adalah nabi, yang
tentangnya telah
saya baca banyak
kabar gembira di
dalam Taurat dan
Injil.
Kemudian
Khodijah
menceritakan apa
yang didengarnya
dari Maisarah
kepada Waraqah bin
Naufal, si hanif dari
Arabia. Waraqah
mengatakan,
“ Orang yang
memiliki sifat-sifat
itu adalah nabi
berbangsa Arab.
II. Pernikahan
Kebanyakan
sejarawan percaya
bahwa yang
menyampaikan
lamaran Khadijah
kepada Nabi ialah
Nafsiah binti
‘Aliyah sebagai
berikut:
“Wahai
Muhammad! Katakan
terus terang, apa
sesungguhnya yang
menjadi penghalang
bagimu untuk
memasuki kehidupan
rumah tangga?
Kukira usiamu sudah
cukup dewasa!”
Apakah anda akan
menyambut dengan
senang hati jika saya
mengundang Anda
kepada kecantikan,
kekayaan,
keanggunan, dan
kehormatan ?”
Nabi
menjawab,”Apa
maksud Anda?” Ia
lalu menyebut
Khodijah. Nabi lalu
berkata,” Apakah
Khodijah siap untuk
itu, padahal dunia
saya dan dunianya
jauh berbeda?”
Nafsiah berujar
“Saya mendapat
kepercayaan dari
dia, dan akan
membuat dia setuju.
Anda perlu
menetapkan tanggal
perkawinan agar
walinya (‘Amar bin
Asad) dapat
mendampingi Anda
beserta handai tolan
Anda, dan upacara
perkawinan dan
perayaan dapat
diselenggarakan".
Kemudian
Muhammad
membicarakan hal ini
kepada pamannya
yang mulia, Abu
Tholib. Pesta yang
agung pun
diselenggarakan,
sang paman yang
mulia ini
menyampaikan
pidato,
mengaitkannya
dengan puji syukur
kepada Tuhan.
Tentang
keponakannya, ia
berkata demikian,
“Keponakan saya
Muhammad bin
‘Abdullah lebih
utama daripada
siapapun di kalangan
Quraisy. Kendati
tidak berharta,
kekayaan adalah
bayangan yang
berlalu, tetapi asal
usul dan silsilah
adalah permanen".
Waraqah,
paman Khodijah,
tampil dan
mengatakan
sambutannya, “Tak
ada orang Quraisy
yang membantah
kelebihan Anda. Kami
sangat ingin
memegang tali
kebangsawanan
Anda. ” Upacara pun
dilaksanakan. Mahar
ditetapkan empat
puluh dinar-ada yang
mengatakan dua
puluh ekor unta.
Sang
bintang sekarang
mulai dewasa, ia
mempunyai seorang
istri yang begitu
lengkap
kemuliaannya, dari
perkawinan ini
Khodijah melahirkan
enam orang anak,
dua putra, Qasim,
dan Abdulah, yang
dipanggil At-Thayyib,
dan At-Thahir. Tiga
orang putrinya
masing-masing
Ruqayyah, Zainab,
Ummu Kaltsum, dan
Fatimah. Kedua anak
laki-lakinya
meninggal sebelum
Muhammad diutus
menjadi Rosul.
Ketika
umur sang bintang
mulai menginjak 35
tahun, banjir dahsyat
mengalir dari gunung
ke Ka’bah.
Akibatnya, tak satu
pun rumah di Makah
selamat dari
kerusakan. Dinding
ka’bah mengalami
kerusakan. Orang
Quraisy memutuskan
untuk membangun
Ka’bah tapi takut
membongkarnya.
Walid bin Mughirah,
orang pertama yang
mengambil linggis,
meruntuhkan dua
pilar tempat suci
tersebut. Ia merasa
takut dan gugup.
Orang Mekah
menanti jatuhnya
sesuatu, tapi ketika
ternyata Walid tidak
menjadi sasaran
kemarahan berhala,
mereka pun yakin
bahwa tindakannya
telah mendapatkan
persetujuan Dewa.
Mereka semua lalu
ikut bergabung
meruntuhkan
bangunan itu. Pada
saat pembangunan
kembali ka’bah,
diberitahukan pada
semua pihak sebagai
berikut, “Dalam
pembangunan
kembali Ka’bah,
yang dinafkahkan
hanyalah kekayaan
yang diperoleh
secara halal. Uang
yang diperoleh lewat
cara-cara haram
atau melalui suap
dan pemerasan, tak
boleh dibelanjakan
untuk tujuan ini.”
Terlihat bahwa ini
adalah ajaran para
Nabi, dan mereka
mengetahui tentang
kekayaan yang
diperoleh secara
tidak halal, tetapi
kenapa mereka
masih melakukan hal
demikian, inipun
terjadi di zaman ini,
di Indonesia, rakyat
ataupun
pemerintahnya
mengetahui tentang
halal dan haramnya
suatu harta
kekayaan atau pun
perbuatan yang
salah dan benar, tapi
mereka masih saja
melakukan
perbuatan itu
walaupun tahu itu
adalah salah.
Mari kita
kembali lagi menuju
Mekah, ketika
dinding ka’bah
telah dibangun
dalam batas
ketinggian tertentu,
tiba saatnya untuk
pemasangan Hajar
Aswad pada
tempatnya. Pada
tahap ini, muncul
perselisihan di
kalangan pemimpin
suku. Masing-masing
suku merasa bahwa
tidak ada suku yang
lain yang pantas
melakukan
perbuatan yang
mulia ini kecuali
sukunya sendiri.
Karena hal ini, maka
pekerjaan konstruksi
tertunda lima hari.
Masalah mencapai
tahap kritis, akhirnya
seorang tua yang
disegani di antara
Quraisy, Abu
Umayyah bin
Mughirah Makhzumi,
mengumpulkan para
pemimpin Quraisy
seraya
berkata,”Terimalah
sebagai wasit orang
pertama yang masuk
melalui Pintu
Shafa.” (buku lain
mencatat Bab as-
salam). Semua
menyetujui gagasan
ini. Tiba-tiba
Muhammad muncul
dari pintu. Serempak
mereka berseru,
“Itu Muhammad, al-
Amin. Kita setuju ia
menjadi wasit!”
Untuk
menyelesaikan
pertikaian itu, Nabi
meminta mereka
menyediakan
selembar kain. Beliau
meletakkan Hajar
Aswad di atas kain
itu dengan
tangannya sendiri,
kemudian meminta
tiap orang dari
empat sesepuh
Mekah memegang
setiap sudut kain itu.
Ketika Hajar Aswad
sudah diangkat ke
dekat pilar, Nabi
meletakkannya pada
tempatnya dengan
tangannya sendiri.
Dengan cara ini,
beliau berhasil
mengakhiri
pertikaian Quraisy
yang hampir pecah
menjadi peristiwa
berdarah.
Tuhan,
Sang Maha Konsep
sudah membuat
konsep tentang
semua ini, tanda-
tanda seorang
bintang telah banyak
ia tampakkan pada
diri Muhammad, dari
batinnya yang mulia
sampai pada bentuk
lahirnya yang indah.
Kesabaran yang
diabadikan di dalam
Kitab suci menjadi
bukti yang tak
terbantahkan,
bahwa ia adalah
manusia sempurna,
dalam wujud lahiriah
(penampakan),
maupun batinnya.
Tidak setitik cela
apalagi kesalahan
selama hidupnya,
Sang Maha Konsep
benar-benar telah
mengonsepnya
menjadi manusia
‘ilahi’. Al-Amin
telah dikenal oleh
masyarakat Mekah,
sebagai manusia
mulia, sebagai
manifestasi wujud
kejujuran mutlak.
Sebelum
pengutusannya
menjadiRosul,
Muhammad selalu
mengamati tanda
kekuasaan Tuhan,
dan mengkajinya
secara mendalam,
terutama
mengamati
keindahan,
kekuasaan, dan
ciptaan Allah dalam
segala wujud. Beliau
selalu melakukan
telaah mendalam
terhadap langit, bumi
dan isinya. Beliau
selalu mengamati
masyarakatnya yang
rusak, dan hancur,
beliau mempunyai
tugas untuk
menghancurkan
segala bentuk
pemberhalaan.
Apalah kiranya yang
membuat
masyarakatnya
seperti ini, ia
mengembalikan
semua ini kepada
Tuhan, yang
menurutnya tak
mungkin sama
dengan manusia.
Gunung
Hira, puncaknya
dapat dicapai kurang
lebih setengah jam,
gua ini adalah saksi
atas peristiwa
menyangkut
“ sahabat karib”-
nya (Muhammad),
gua ini menjadi saksi
bisu tentang wahyu,
dan seakan-akan ia
ingin berkata,”
disinilah dulu anak
Hasyim itu tinggal,
yang selalu kalian
sebut-sebut, disinilah
ia diangkat menjadi
Rosul, disinilah Al-
Furqon pertama kali
dibacakan, wahai
manusia, bukankah
aku telah
mengatakannya,
kalianlah (manusia)
yang tak mau
menengarkannya,
kalian menutup
telinga kalian rapat-
rapat, dan
menertawakanku,
sedangkan sebagian
dari kalian hanya
menjadikan aku
sebagai museum
sejarah.“kata saksi
bisu.
III. Diangkat Menjadi
Rasul
Hira,
tempat
diturunkannya
kalimat Tuhan Yang
Maha Sakti, kalimat
yang membuat iblis
berputus asa untuk
menyesatkan
manusia,kalimat
yang dengannya
alam semesta
berguncang. Al-
Qur’an, susunan
kalimatnya yang
mengandung makna
yang banyak telah
membuat
tercengang manusia-
manusia manapun di
jagat raya, yang
mengakui
kebenarannya, akan
mengikutinya,
sedangkan yang
tidak mengakuinya
harus tunduk atas
kebenarannya, dan
bagi mereka yang
menolak, dengan
cara apapun akan
sia-sia, dan celaka.
Jibril (Ruh Al-Qudus)
diutus Tuhan
semesta Alam, Sang
Pemilik Konsep,
untuk
menyampaikan
kalimat-Nya secara
berangsur-angsur
kepada Al-amin yang
berada di Gunung
Hira’. Al-Amin telah
mempersiapkan
dirinya selama
empat puluh tahun
untuk memikul tugas
yang maha berat ini,
Jibril datang
kepadanya dengan
membawa beberapa
kalimat dari
Tuhannya. Ialah
kalimat pertama
yang dikemukakan
dalam Al-qur’an
sebagai berikut
“Bacalah
dengan [ menyebut]
nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia
telah menciptakan
manusia dari
segumpal darah.
Bacalah, dan
Tuhanmulah yang
Paling Pemurah.
Yang mengajari
[manusia] dengan
perantaraan kalam.
Dia mengajarkan
kepada manusia apa
yang tidak
diketahuinya”.
Ayat ini
dengan tegas
menyatakan tentang
program Nabi, dan
menyatakan dalam
istilah-istilah jelas
bahwa fondasi
agamanya diberikan
dengan pengkajian,
pengetahuan,
kebijaksanaan, dan
penggunaan pena.
Muhammad,
pembawa berita
bahagia, ancaman,
dan perintah
merupakan manusia
teladan sepanjang
masa, ia adalah
manusia dalam
wujud Ilahiah, utusan
Tuhan yang
kepadanya ummat
manusia
memohonkan
syafa ’at. Tidak
satupun mahkluq
yang mencapai
kesempurnaan yang
dicapai Muhammad,
sejak kecil ia telah
memperlihatkan
ketulusan, kejujuran,
manusia yang
seumur hidupnya
tidak pernah
berbohong, yang
tidak pernah
menghianati janji,
dan sayang kepada
yang miskin.
Malaikat Jibril
menyelesaikan
tugasnya
menyampaikan
wahyu itu, dan
Muhammad pun
turun dari Gua Hira
menuju rumah
“ Khodijah”. Jiwa
agung Nabi disinari
cahaya wahyu.
Beliau merekam di
hatinya apa yang
didengarnya dari
malaikat Jibril.
Setelah kejadian ini,
Jibril
menyapanya, ”Wahai
Muhammad! Engkau
Rosul Allah dan aku
Jibril ”. Muhammad
menerima kalimat
Tuhannya secara
bertahap, secara
berangsur-angsur,
fakta sejarah
mengakui bahwa di
antara wanita,
Khodijah adalah
wanita yang
pertama memeluk
Islam, dan pria
pertama yang
memeluk Islam
adalah ‘Ali.
Muhammad
mengadakan
perjamuan makan
dengan kerabatnya,
selesai makan, beliau
berpaling kepada
para sesepuh
keluarganya dan
memulai
pembicaraan dengan
memuji Allah dan
memaklumkan
keesaan-Nya. Lalu
beliau berkata, ”
Sesungguhnya,
pemandu suatu
kaum tak pernah
berdusta kepada
kaumnya. Saya
bersumpah demi
Allah yang tak ada
sekutu bagi-Nya
bahwa saya diutus
oleh Dia sebagai
Rosul-Nya,
khususnya kepada
Anda sekalian dan
umumnya kepada
seluruh penghuni
dunia. Wahai kerabat
saya! Anda sekalian
akan mati. Sesudah
itu, seperti Anda
tidur, Anda akan
dihidupkan kembali
dan akan menerima
pahala menurut amal
Anda. Imbalannya
adalah surga Allah
yang abadi (bagi
orang lurus) dan
neraka-Nya yang
kekal(bagi orang
yang berbuat jahat).
“Lalu beliau
menambahkan,
“ Tak ada manusia
yang pernah
membawa kebaikan
untuk kaumnya
ketimbang apa yang
saya bawakan untuk
Anda. Saya
membawakan
kepada Anda rahmat
dunia maupun
Akhirat. Tuhan saya
memerintahkan
kepada saya untuk
mengajak Anda
kepada-Nya.
Siapakah diantara
Anda sekalian yang
akan menjadi
pendukung saya
sehingga ia akan
menjadi saudara,
washi (penerima
wasiat), dan khalifah
(pengganti) saya ?”.
Ketika pidato Nabi
mencapai poin ini,
kebisuan total
melanda pertemuan
itu. ‘Ali, remaja
berusia lima belas
tahun, memecahkan
kebisuan itu. Ia
bangkit seraya
berkata dengan
mantap, ” Wahai
Nabi Allah, saya siap
mendukung Anda. ”
Nabi menyuruhnya
duduk. Nabi
mengulang tiga kali
ucapannya, tapi tak
ada yang
menyambut kecuali
‘Ali yang terus
melontarkan
jawaban yang sama.
Beliau lalu berpaling
kepada kerabatnya
seraya berkata, ”
Pemuda ini adalah
saudara, washi, dan
khalifah saya
diantara kalian.
Dengarkanlah kata-
katanya dan ikuti
dia".
Pemakluman
khilafah (imamah)
‘Ali di hari-hari
awal kenabian
Muhammad
memperlihatkan
bahwa dua
kedudukan ini
berkaitan satu sama
lain. Ketika
Rosulullah
diperkenalkan
kepada masyarakat,
khalifahnya juga
ditunjuk dan
diperkenalkan pada
hari itu juga. Ini
dengan sendirinya
menunjukkan bahwa
kenabian dan
imamah merupakan
dua hal yang tak
terpisahkan.
Peristiwa
diatas membuktikan
heroisme spiritual
dan kebenaran ‘Ali.
Karena, dalam
pertemuan di mana
orang-orang tua dan
berpengalaman
tenggelam dalam
keraguan dan
keheranan, ia
menyatakan
dukungan dan
pengabdian dengan
keberanian
sempurna dan
mengungkapkan
permusuhannya
terhadap musuh Nabi
tanpa menempuh
jalan politisi yang
mengangkat diri
sendiri. Kendati
waktu itu ia yang
termuda diantara
yang hadir,
pergaulannya yang
lama dengan Nabi
telah menyiapkan
pikirannya untuk
menerima
kenyataan,
sementara para
sesepuh bangsa
ragu-ragu untuk
menerimanya.
Setelah
berdakwah kepada
kaum kerabatnya,
Nabi berdakwah
terang-terangan
kepada kaum
Quraisy. Muhammad,
berbekal kesabaran,
keyakinan,
kegigihan, dan
keuletan dalam
berdakwah terus-
menerus dan tidak
menghiraukan
orang-orang musrik
yang terus
menghardik dan
mengejeknya.
Banyak yang cara
yang dilakukan kaum
Quraisy untuk
menghentikan
Muhammad, suatu
saat Abu Tholib
sedang duduk
bersama
keponakannya. Juru
bicara rombongan
yang mendatangi
rumah Abu Tholib
membuka
pembicaraan dengan
berkata,” Wahai
Abu Tholib!
Muhammad
mencerai-beraikan
barisan kita dan
menciptakan
perselisihan diantara
kita. Ia merendahkan
kita dan mencemooh
kita dan berhala kita.
Jika ia melakukan itu
karena kemiskinan
dan kepapaannya,
kami siap
menyerahkan harta
berlimpah
kepadanya. Jika ia
menginginkan
kedudukan, kami
siap menerimanya
sebagai penguasa
kami dan kami akan
mengikuti
perintahnya. Bila ia
sakit dan
membutuhkan
pengobatan, kami
akan membawakan
tabib ahli untuk
merawatnya…”.
Abu Tholib
berpaling kepada
Nabi seraya
berkata,“ Para
sesepuh anda datang
untuk meminta Anda
berhenti mengkritik
berhala supaya
mereka pun tidak
mengganggu
Anda. ” Nabi
menjawab,” Saya
tidak menginginkan
apa pun dari mereka.
Bertentangan
dengan empat
tawaran itu, mereka
harus menerima satu
kata dari saya, yang
dengan itu mereka
dapat memerintah
bangsa Arab dan
menjadikan bangsa
Ajam sebagai
pengikut mereka.”
Abu Jahal bangkit
sambil berkata, “
Kami siap sepuluh
kali untuk
mendengarnya.”
Nabi menjawab,”
Kalian harus
mengakui keesaan
Tuhan.” Kata-kata
tak terduga dari Nabi
ini laksana air dingin
ditumpahkan ke
ceret panas. Mereka
demikian heran,
kecewa, dan putus
asa sehingga
serentak mereka
berkata,” Haruskah
kita mengabaikan
360 Tuhan dan
menyembah kepada
satu Allah saja?”
Orang
Quraisy
meninggalkan rumah
Abu Tholib dengan
wajah dan mata
terbakar kemarahan.
Mereka terus
memikirkan cara
untuk mencapai
tujuan mereka.
Dalam ayat berikut,
kejadian itu
dikatakan,
“Dan
mereka heran
karena mereka
kedatangan seorang
pemberi peringatan
dari kalangan
mereka; dan orang-
orang kafir
berkata,’Ini adalah
seorang ahli sihir
yang banyak
berdusta. Mengapa
ia menjadikan tuhan-
tuhan itu Tuhan Yang
Satu saja ?
Sesungguhnya ini
benar-benar suatu
hal yang sangat
mengherankan.’
Dan pergilah
pemimpin-pemimpin
mereka [seraya
berkata], ‘Pergilah
kamu dan tetaplah
[menyembah] tuhan-
tuhanmu,
sesungguhnya ini
benar-benar suatu
hal yang
dikehendaki. Kami
tidak pernah
mendengar hal ini
dalam agama yang
terakhir ini; ini
(mengesakan Allah)
tidak lain kecuali
dusta yang diada-
adakan.”
Banyak
sekali contoh
penganiayaan dan
penyiksaan kaum
Quraisy, Tiap hari
nabi menghadapi
penganiayaan baru.
Misalnya, suatu hari
Uqbah bin Abi
Mu’ith melihat Nabi
bertawaf, lalu
menyiksanya. Ia
menjerat leher Nabi
dengan serbannya
dan menyeret beliau
ke luar masjid.
Beberapa orang
datang
membebaskan Nabi
karena takut kepada
Bani Hasyim. Dan
masih banyak lagi.
Nabi menyadari dan
prihatin terhadap
kondisi kaum Muslim.
Kendati beliau
mendapat dukungan
dan lindungan Bani
Hasyim, kebanyakan
pengikutnya budak
wanita dan – pria
serta beberapa
orang tak terlindung.
Para pemimpin
Quraisy menganiaya
orang-orang ini
terus-menerus , para
pemimpin
terkemuka berbagai
suku menyiksa
anggota suku
mereka sendiri yang
memeluk Islam.
Maka ketika para
sahabatnya meminta
nasihatnya
menyangkut hijrah,
Nabi menjawab,
“Ke Etiopia akan
lebih mantap.
Penguasanya kuat
dan adil, dan tak ada
orang yang ditindas
di sana. Tanah negeri
itu baik dan bersih,
dan Anda boleh
tinggal di sana
sampai Allah
menolong Anda.
Pasukan
Syirik Quraisy
kehabisan akal untuk
menghancurkan
Muhammad, maka
mereka melakukan
propaganda anti
Muhammad,
diantaranya mereka
memfitnah Nabi,
Bersikeras menjuluki
Nabi Gila, larangan
mendengarkan Al-
Qur’an,
menghalangi orang
masuk Islam,
sehingga Allah
mengabadikan
perkataan orang-
orang keji ini dan
menunjukkan
sesatnya perkataan
mereka, dalam Al-
Qur’an Allah
berfirman
“Demikianlah,
tiada seorang rosul
pun yang datang
kepada orang-orang
yang sebelum
mereka selain
mengatakan,’ Ia
adalah seorang
tukang sihir atau
orang gila.’ Apakah
mereka saling
berpesan tentang
apa yang dikatakan
itu ? Sebenarnya
mereka adalah kaum
yang melampaui
batas.”
Kaum
Quraisy pun gagal
melakukan berbagai
macam cara untuk
menghalangi usaha
Muhammad, dan
menghalangi orang-
orang untuk
mengikuti agama
Tuhan Yang Esa.
Mereka pun
melakukan Blokade
ekonomi yang
membuat banyak
kaum muslim,
terutama kaum
wanita dan anak-
anak kelaparan. Nabi
dan para
pengikutnya masuk
ke Syi’ib Abu
Tholib, yang diikuti
pendamping
hidupnya, Khodijah,
dengan membawa
serta Fatimah AS.
Orang-orang Quraisy
mengepung mereka
di Syi’ib itu selama
tiga tahun. Dan
akhirnya tahun-
tahun blokade itu
pun berakhir. Dan
keluarlah sang
bintang bersama
keluarga dan
sahabatnya dari
pengepungan. Allah
telah menetapkan
kemenangan bagi
mereka, dan
Khodijah pun berhasil
pula keluar dari
pengepungan dalam
keadaan amat berat
dan menderita,
Beliau telah hidup
dengan kehidupan
yang menjadi
teladan Istimewa
bagi kalangan kaum
wanita. Ajal Khodijah
sudah dekat. Allah
telah memilihnya
untuk mendampingi
Rosulullah Saww.,
dan dia telah berhasil
menunaikan tugas
dengan baik.
Khodijah akhirnya
meninggal pada
tahun itu juga. Yakni,
pada saat kaum
Muslim keluar dari
blokade orang-orang
Quraisy, tahun
kesepuluh sesudah
Kenabian. Pada
tahun yang sama,
paman Rosul (Abu
Tholib) meninggal
dunia, yang sekaligus
sebagai pelindung
dakwa Muhammad.
Sungguh Nabi
mengalami
kesedihan yang
amat berat. Beliau
kehilangan Khodijah,
dan juga pamannya
yang menjadi
pelindung, dan
pembelanya. Itu
sebabnya, maka
tahun ini dinamakan
‘Am Al-Huzn (Tahun
Duka cita). Bukan
hanya Rosul yang
terpukul hatinya,
Fatimah, yang belum
kenyang
mengenyam kasih
sayang seorang ibu
dan kelembutan
belaiannya, ikut pula
menanggungnya.
Kedukaan
menyelimuti dan
menindihnya di
tahun penuh
kesedihan
itu.Fatimah
kehilangan
ibundanya, berpisah
dari orang yang
menjadi sumber
cintanya dan kasih
sayangnya. Acap kali
dia bertanya kepada
ayahandanya,”
Ayah, kemana Ibu?”
Kalau sudah begini,
tangisnya pecah, air
matanya meleleh,
dan kesedihan
menerpa hatinya.
Rosul merasakan
betapa berat
kesedihan yang
ditanggung putrinya.
Setelah wafatnya
Abu Tholib kaum
Kafir Quraisy
semakin berani
menganggu
Muhammad,
akhirnya Muhammad
berhijrah ke Yastrib,
peristiwa hijrahnya
Nabi ke Yastrib,
merupakan momen
awal dari lahirnya
negara Islam.
Penduduk Yastrib
bersedia memikul
tanggung jawab bagi
keselamatan Nabi. Di
bulan Robi’ul
Awwal tahun ini,
saat hijrahnya Nabi
terjadi, tak ada
seorang muslim pun
yang tertinggal di
Mekah kecuali Nabi,
‘Ali dan Abu Bakar,
dan segelintir orang
yang ditahan Quraisy
atau karena
sakit,dan lanjut usia.
Kaum
Quraisy yang berada
di Mekah akhirnya
membuat
kesepakatan untuk
membunuh
Muhammad di
malam hari, dan
masing-masing suku
mempunyai wakil,
sehingga Bani
Hasyim tidak dapat
menuntut balas atas
kematian
Muhammad. Orang-
orang ini memang
bodoh, mereka
mengira Muhammad
dapat dihancurkan
hanya dengan cara
seperti ini, seperti
urusan duniawi
mereka. Jibril datang
memberitahu Nabi
tentang rencana
kejam kaum kafir
itu. Al-Qur’an
merujuk pada
kejadian itu dengan
kata-kata,
“Dan
[ingatlah] ketika
orang-orang kafir
(Quraisy)
memikirkan daya
upaya terhadapmu
untuk menangkap
dan
memenjarakanmu
atau membunuhmu
atau mengusirmu.
Mereka memikirkan
tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu
daya itu. Dan Allah
sebaik-baik
Pembalas tipu daya.
Ali
berbaring melewati
cobaan yang
mengerikan demi
keselamatan Islam
menggantikan Nabi,
sejak sore. Ia bukan
orang tua yang
lanjut usia, tapi
seorang anak muda
yang begitu berani
mengorbankan
nyawanya untuk
sang Nabi, ia, yang
bersama Khodijah
adalah orang yang
pertama-tama
beriman kepada
Nabi, dialah orang
yang rela berkorban
untuk Nabi, Ali, sekali
lagi ‘Ali. Kepadanya
Nabi
berkata,”Tidurlah di
ranjang saya malam
ini dan tutupi tubuh
Anda dengan selimut
hijau yang biasa
saya gunakan,
karena musuh telah
bersekongkol
membunuh saya.
Saya harus berhijrah
ke Yastrib. ‘Ali
menempati ranjang
Nabi sejak sore.
Ketika tiga perempat
malam lewat, empat
puluh orang
mengepung rumah
nabi dan
mengintipnya
melalui celah.
Mereka melihat
keadaan rumah
seperti biasanya, dan
menyangka bahwa
orang yang sedang
tidur di kamar itu
adalah Nabi.
IV. Hijrah
Kini tiba
fajar. Semangat dan
gairah besar tampak
di kalangan musyrik
itu. Mereka begitu
yakin akan segera
berhasil. Dengan
pedang terhunus
mereka memasuki
kamar Nabi, yang
menimbulkan suara
gaduh. Serentak
‘Ali mengangkat
kepalanya dari
bantal dan
menyingkirkan
selimutnya lalu
berkata dengan
sangat tenag,”Apa
yang terjadi ?”
Mereka
menjawab,”Kami
mencari Muhammad.
Di mana dia?” ’Ali
berkata,” Apakah
anda menitipkannya
kepada saya
sehingga saya harus
menyerahkannya
kembali kepada
Anda?
Bagaimanapun,
sekarang ia tak ada
di rumah.”
Muhammad telah
pergi jauh di luar
pengetahuan
mereka.
Nabi, tiba
di Quba tanggal 12
Rabi’ul Awwal, dan
tinggal di rumah
Ummu Kultsum ibn
al-Hadam. Sejumlah
Muhajirin dan Ansor
sedang menunggu
kedatangan Nabi.
Beliau tinggal di situ
sampai akhir pekan.
Sebagian orang
mendesak agar
beliau segera
berangkat ke
Madinah, tetapi
beliau menunggu
kedatangan ‘Ali.
Orang Quraisy
mengetahui
hijrahnya ‘Ali dan
rombongannya –
diantaranya ialah
Fatimah, puteri Nabi,
Fatimah binti ‘Asad
dan Fatimah binti
Hamzah bin Abdul
Mutholib – karena
itu, mereka
memburunya dan
berhadap-hadapan
dengan dia di daerah
Zajnan. Perselisihan
pun terjadi dan ‘Ali
berkata
“ Barangsiapa
menghendaki
tubuhnya terpotong-
potong dan darahnya
tumpah, majulah!
Tanda marah
nampak di
wajahnya. Orang-
orang Quraisy yang
merasa bahwa
masalah telah
menjadi serius,
mengambil sikap
damai dan berbalik
pulang.” Ketika
‘Ali tiba di Quba,
kakinya berdarah,
dikarenakan
menempuh
perjalanan Makah
Madinah dengan
berjalan kaki. Nabi
dikabari bahwa, ‘Ali
telah tiba tapi tak
mampu menghadap
beliau. Segera nabi
ke tempat ‘Ali lalu
merangkulnya.
Ketika melihat kaki
‘Ali membengkak,
air mata Nabi
menetes".
Penduduk
Yastrib – yang
kemudian berganti
menjadi nama
Madinah -
menyambut
kedatangan Nabi.
Mereka
mengucapkan
berbagai macam
syair untuk
menyambut manusia
mulia ini. Disinilah
manifestasi sebuah
negara Islam
pertama kali
didirikan.
Muhammad
menyusun
kekuatannya di
Madinah bersama
keluarga dan
sahabat setianya
yang rela
meninggalkan tanah
air dan hartanya
untuk Tuhannya,
islam yang muda ini
menyusun kekuatan
untuk menghadapi
kekuatan kaum
Quraisy yang setiap
saat siap untuk
menghancurkan
Islam yang dibangun
ini, perang demi
perang mulai dari
Badar, Uhud,
Khandaq, yang
disetiap perang
tampillah Al-Washi
Muhammad yang
selalu menjadi
pemberi moral
kepada pasukan
untuk
menghancurkan
kafir Quraisy dengan
Iman yang membara.
Pada perang Badar
‘al-washi (‘Ali)
dan Hamzah tampil
menghadapi
pemberani kafir
Quraisy, dalam
sepucuk suratnya
kepada Muawiyah,
‘Ali
mengingatkannya
dalam kata-kata
‘Pedang saya yang
saya gunakan untuk
membereskan kakek
anda dari pihak ibu
(Utbah, ayah dari
Hindun Ibu
Muawiyah), paman
anda dari pihak Ibu
(Walid bin Uthbah)
dan saudara Anda
(Hanzalah) masih ada
pada saya. Pada
perang Uhud Nabi
dan lagi-lagi Hamzah
dan ‘Ali tidak
pernah Absen, ‘Ali
adalah pembawa
panji dalam setiap
peperangan. Nabi
mengungkapkan nilai
pukulan ‘Ali pada
perang Khandaq
(parit) – disebut
juga dengan Ahzab
– kepada ‘Amar
bin ‘Abdiwad itu,”
Nilai pengorbanan itu
melebihi segala
perbuatan baik para
pengikutku, karena
sebagai akibat
kekalahan jagoan
kafir terbesar itu
kaum Muslim
menjadi terhormat
dan kaum kafir
menjadi aib dan
terhina".
V. Benteng Khaibar
Pada
perang Khaibar
ketika semangat
kaum muslim
mengendur dan
merasa tidak mampu
untuk
menghancurkan
benteng Khaibar,
orang-orang
menunggu dengan
gelisah dan
ketakutan, karena
sebelumnya Abu
Bakar dan Umar
tidak ada yang
mampu
menghancurkan
benteng, bahkan
‘Umar memuji
keberanian
pemimpin benteng,
Marhab,yang luar
biasa yang membuat
Nabi dan para
komandan Islam
kecewa atas
pernyataan ‘Umar
ini.
Kebisuan
orang-orang sedang
menunggu dengan
gelisah dipecahkan
oleh kata-kata
Nabi,” Dimanakah
‘Ali? “ Dikabarkan
kepada beliau bahwa
‘ Ali menderita sakit
mata dan sedang
beristirahat di suatu
pojok. Nabi
bersabda,” Panggil
dia.” ‘Ali diangkut
dengan unta dan
diturunkan di depan
kemah Nabi.”
Pernyataan ini
menunjukkan sakit
matanya demikian
serius sampai tak
mampu berjalan.
Nabi menggosokkan
tangannya ke mata
‘Ali seraya
mendoakannya.
Mata ‘Ali langsung
sembuh dan tak
pernah sakit lagi
sepanjang hidupnya.
Nabi memerintahkan
‘Ali maju, menurut
riwayat pintu
benteng Khaibar itu
terbuat dari batu,
panjangnya 60 inci,
dan lebarnya 30 inci.
Mengutip kisah
pencabutan pintu
benteng Khaibar itu
dari ‘Ali melalui
jalur khusus,” Saya
mencabut pintu
Khaibar dan
menggunakannya
sebagai perisai.
Seusai pertempuran,
saya
menggunakannya
sebagai jembatan
pada parit yang
digali kaum
Yahudi.” Seseorang
bertanya
kepadanya,”
Apakah Anda
merasakan
beratnya ?” ‘Ali
menjawab,” Saya
merasakannya sama
berat dengan perisai
saya.” Masih
banyak lagi
peristiwa-peristiwa
lain selain
peperangan untuk
melawan kebejatan
kaum kafir Quraisy,
banyak juga
peristiwa yang
menggembirakan,
misalnya peristiwa
pernikahan al-Washi
dan Fatimah, putri
Nabi, perubahan
kiblat dari Bait al-
Maqdis ke Ka’bah
di Makah. Selain
serangan dari luar
Kota Madinah, kaum
Yahudi yang berada
di dalam kota selalu
mencoba melakukan
rongrongan terhadap
pemerintahan Islam
yang masih muda ini,
namun Sang Maha
Konsep telah
menentukan Drama
yang berbeda,
walaupun mereka
mencoba
memadamkan nur
cahaya-Nya, namun
Ia terus menerangi
Nur Cahaya-Nya,
walaupun orang-
orang kafir itu benci.
VI. Fath Makkah
Tahun
kedelapan Hijrah,
perjanjian
Hudaibiyah dikhianati
oleh orang-orang
Quraisy mekah, Nabi
segera
mengeluarkan
perintah kesiagaan
umum. Beliau
siapkan pasukan
besar yang belum
pernah disaksikan
kehebatannya
selama ini. Ketika
pasukan telah
lengkap dan siap
bergerak, Nabi pun
menyampaikan
bahwa sasarannya
adalah Mekah.
Pasukan bergerak
laksana migrasi
kawanan burung
menuju arah selatan.
Nabi memerintahkan
kepada pasukannya
yang berjumlah
10.000 orang untuk
membagi diri, dan
menyalakan api
unggun di malam
hari agar pasukan
musuh melihat
betapa besar
pasukan musuh
tersebut.
Di dekat
kuburan Abu Tholib
dan Khodijah yang
terletak di punggung
Mekah, kaum
muslimin membuat
kubah untuk Nabi.
Dari kubah inilah Nabi
mengamati dengan
cermat arus pasukan
Islam yang masuk ke
kota dari empat
penjuru.
Makkah...
Membisu di depan
Nabi dan
pendukungnya. Ya
Mekah membisu dan
tidak lagi
menyerukan
teriakan Fir’aun-
fir’aun, digantikan
hiruk pikuk suara
10.000 prajurit
Muslim yang
menggema yang
seakan-akan sedang
menunggu
kedatangan
sahabatnya
Gua itu
menatap kepada
orang yang dulu
berada dalam
perutnya dalam
keadaan terusir yang
kini telah berdiri
tegap dengan gagah
dan dikelilingi
puluhan ribu
pengikut dan
pembelanya.
Nabi
memasuki Mekah
dan bertawaf,
menghancurkan
berhala-berhala
bersama al-Washi,
tidak ada darah yang
tertumpah. Orang-
orang Quraisy yang
berada di Makkah
menunggu bibir
Muhammad berucap
tentang mereka,
apakah yang akan
terjadi pada mereka,
namun bibir itu
begitu mulia untuk
menjatuhkan
hukuman, ia
memberikan kepada
mereka yang telah
memeranginya
pengampunan dan
beliau berkata “...
Pergilah, Anda semua
adalah orang-orang
yang dibebaskan!”
Kini, di
Shafa, laki-laki yang
telah membuat
sejarah itu telah
kembali, berdiri di
depan kehidupannya
yang sarat dengan
berbagai peristiwa
dan yang
ditangannya
tergenggam masa
depan yang
gemilang. Selama
dua puluh tahun
penggembalaannya
tak pernah henti, ia
tak pernah
merasakan letih,
kesabarannya begitu
tinggi, tak pernah
menyerah. Orang –
orang Quraisy
berdesak-desakkan
di bukit Shafa untuk
memberikan Ba’iat.
Setelah
penaklukan Mekah
masih ada beberapa
peperangan besar
berlanjut – semasa
hidup Nabi - yaitu
Hunain, Tabuk. Al-
Washi tampil dengan
gagah perkasa
dalam peperangan
ini, sesudah
membuat kocar-
kacir musuh, al-
washi segera
menghambur untuk
bergabung dengan
Nabi, ia memutari
Nabi, dan
menghambur
membabat musuh
untuk melindungi
Nabi, dan pada kali
yang lain menemui
prajurit musuh yang
lari dan menghadang
kejaran musuh.
Sesudah itu kembali
memutari Nabi. Nabi
memanggil sahabat-
sahabatnya yang lari
cerai-berai “
Ayyuhan Nas, mau
kemana kalian ?”
Wahai orang-orang
yang ikut bai’at al-
Ridwan! Wahai,
orang-orang yang
kepadanya
diturunkan surat Al-
Baqarah! Wahai
orang-orang yang
berbaiat di bawah
pohon...! orang-orang
Madinah yang gagah
berani segera sadar
akan diri mereka!
Dan ingat bahwa
hingga saat ini
mereka adalah
tulang punggung
Nabi. Kini Nabi
memanggil mereka
di tengah 12.000
orang prajurit, dua
ribu diantaranya
adalah kaum
kerabatnya. Mereka
segera menghambur
ke arah Nabi
menyambut
panggilannya
dengan, “Labbaik,
Labbaik... Kami
datang, kami
datang...!”
Pasukan
Islam kembali
memenangkan
pertempuran, peran
individual
Muhammad dalam
menyampaikan
risalah agungnya
telah selesai, dan kini
– tidak bisa – tidak
di harus melihat
pasukannya, untuk
kesekian kalinya,
mengingat dan
mengenang kembali
pelajaran yang telah
diberikannya selama
dua puluh tiga tahun,
agar di bisa
mengevaluasidan
menelitinya kembali.
VII. Haji Wada
Tahun
kesebelas Hijrah, haji
pertama Nabi dan
kaum Muslimin tanpa
ada seorang musrik
pun yang ikut
didalamnya, untuk
pertama kalinya
pula, lebih dari
10.000 orang
berkumpul di
Madinah dan
sekitarnya,
menyertai Nabi
melakukan
perjalanan ke
Makkah, dan ..
sekaligus inilah haji
terakhir yang
dilakukan oleh Nabi.
Rombongan haji
meninggalkan
Madinah tanggal 25
Dzulqa’idah , Nabi
disertai semua
isterinya, menginap
satu malam di Dzi Al-
Hulaifah, kemudian
melakukan Ihram
sepanjang Subuh,
dan mulai bergerak...
seluruh padang terisi
gema suara mereka
yang
mengucapkan,”Labbaik,
Allahumma labaik...
Labbaik, la syarika
laka, ! Aku datang
memenuhi
panggilanmu,
Allahumma, ya Allah,
aku datang
memenuhi
panggilan-Mu. Tiada
sekutu bagi-
Mu...Labbaik, aku
datang memenuhi
panggilan-Mu. Segala
puji, kenikmatan,
dan kemaharajaan,
hanya bagi-Mu. Tiada
sekutu bagi-Mu...
Labbaik, aku datang
memenuhi
panggilan-Mu...”
Langit, hingga hari
itu, belum pernah
menyaksikan
pemandangan di
muka bumi seperti
yang ada pada saat
itu. Lebih dari
100.000 orang, laki-
laki dan perempuan
– dibawah
sengatan Matahari
yang amat terik dan
di padang pasir yang
sebelumnya tak
pernah dikenal orang
– bergerak menuju
satu arah. Medan ini
merupakan lukisan
paling indah dari satu
warna yang
menghiasi kehidupan
manusia. Dan
sejarah, adalah
kakek tua yang
terbelenggu dalam
pengabdian terhadap
kepentingan-
kepentingan. Ia
adalah tukang cerita
yang membacakan
hikayat-hikayat
Fir ’aun, Kisra dan
Kaisar. Sejarah sekali
melihat Muhammad
dan orang-orang
yang bergerak
bersamanya dengan
heran! Aneh sekali.
Pasukan apa ini?
Komandan berjalan
kaki kelelahan, dan
pengikut-
pengikutnya pun
demikian pula. Nabi
memang berjalan
kaki bersama
umatnya. Sejarah
memang mendengar
bahwa
“ penguasa” itu
berada di tengah-
tengah pasukan itu,
tapi ketika dicari-
carinya, dia tak bisa
menemukannya.
Rombongan itu
masuk Mekah 4
Dzulhijjah, disitu
telah berkumpul
Allah, Ibrahim,
Ka’bah dan
Muhammad. Dia juga
ingin
memperlihatkan
kepada Ibrahim,
bahwa karya
besarnya, kita sudah
diantarkan kepada
Maksud.
Matahari
tepat di tengah siang
hari itu. Seakan-akan
ia menumpahkan
seluruh cahayannya
yang memakar ke
atas kepala semua
orang. Nabi berdiri di
depan lebih dari
100.000 orang. Laki-
laki dan perempuan
yang
mengelilinginya. Nabi
memulai pidatonya,
Rosulullah
berkata, ”Tahukah
kalian, bulan apa
ini ?”
Mereka
serentak
menjawab,”Bulan
Haram!” .....
...”Ayyuhan
Nas, camkan baik-
baik perkataanku.
Sebab, aku tidak
tahu, mungkin aku
tidak lagi akan
bertemu dengan
kalian sesudah tahun
ini, di tempat ini,
untuk selama-
lamanya... Ayyuhan
Nas, sesungguhnya
darah dan hartamu
adalah haram
bagimu hingga kalian
menemui Tuhanmu
sebagaimana
diharamkannya hari
dan bulanmu ini.
Sesudah itu, kamu
sekalian akan
menemui Tuhanmu
dan ditanya tentang
amal-amalmu.
Sungguh, aku telah
sampaikan hal ini.
Maka, barangsiapa
yang masih
mempunyai amanat,
hendaknya segera
disampaikan kepada
orang yang berhak
menerimanya.....”
Akar-akar
syirik telah
dihapuskan dari
Mekah, dan Mekah
menjadi sebuah kota
suci bagi kaum
muslim, tempat
berkumpulnya
muslimin dari seluruh
penjuru dunia,
dengan
menggunakan
pakaian yang sama,
menuju Tuhannya,
tidak ada perbedaan,
baik kaya, miskin,
raja, rakyat,
semuanya sama
dihadapan Tuhan,
yang
membedakannya
adalah takwa.
Muhammad
telah melaksanakan
tugasnya, dan
sekarang beliau
berada di
pembaringan, Nabi
membuka mata
seraya berkata
kepada putrinya
dengan suara pelan
“Muhammad tidak
lain hanyalah
seorang Rosul,
sungguh telah
berlalu sebelumnya
beberapa orang
rosul. Apakah jika dia
wafat atau dibunuh
kamu akan berbalik
ke belakang?
Barangsiapa
berpaling ke
belakang, maka
tidak akan
mendatangkan
mudarat kepada
Allah sedikitpun; dan
Allah akan memberi
balasan kepada
orang-orang yang
bersyukur”.
[Petikan dari laman.
fatimah.org]

2 komentar:

  1. nang,,,panjang teuing........ulah pake rata kanan atuh..rata tengah....ngacapekeun nu maca silaing mah........

    BalasHapus