Laman

Rabu, 09 Februari 2011

Tawadhu

Sikap merendah
tanpa menghinakan
diri- merupakan sifat
yang sangat terpuji
di hadapan Allah dan
seluruh makhluk-
Nya. Sudahkah kita
memilikinya?
Merendahkan diri
(tawadhu ’) adalah

sifat yang sangat
terpuji di hadapan
Allah dan juga di
hadapan seluruh
makhluk-Nya. Setiap
orang mencintai sifat
ini sebagaimana
Allah dan Rasul-Nya
mencintainya. Sifat
terpuji ini mencakup
dan mengandung
banyak sifat terpuji
lainnya.
Tawadhu’''adalah
ketundukan kepada
kebenaran dan
menerimanya dari
siapapun datangnya
baik ketika suka
atau dalam keadaan
marah. Artinya,
janganlah kamu
memandang dirimu
berada di atas
semua orang. Atau
engkau menganggap
semua orang
membutuhkan
dirimu.
Lawan dari sifat
tawadhu ’ adalah
takabbur (sombong),
sifat yang sangat
dibenci Allah dan
Rasul-Nya. Rasulullah
mendefinisikan
sombong dengan
sabdanya:
“ Kesombongan
adalah menolak
kebenaran dan
menganggap remeh
orang lain. ” (Shahih,
HR. Muslim no. 91
dari hadits Abdullah
bin Mas ’ud z)
Jika anda
mengangkat kepala
di hadapan
kebenaran baik
dalam rangka
menolaknya, atau
mengingkarinya
berarti anda belum
tawadhu ’ dan anda
memiliki benih sifat
sombong.
Tahukah anda apa
yang diperbuat Allah
subhanahu wa
ta ’ala terhadap
Iblis yang terkutuk?
Dan apa yang
diperbuat Allah
kepada Fir ’aun dan
tentara-tentaranya?
Kepada Qarun
dengan semua anak
buah dan hartanya?
Dan kepada seluruh
penentang para
Rasul Allah? Mereka
semua dibinasakan
Allah subhanahu wa
ta ’ala karena tidak
memiliki sikap
tawadhu ’ dan
sebaliknya justru
menyombongkan
dirinya.
Tawadhu ’ di
Hadapan Kebenaran
Menerima dan
tunduk di hadapan
kebenaran sebagai
perwujudan
tawadhu ’ adalah
sifat terpuji yang
akan mengangkat
derajat seseorang
bahkan mengangkat
derajat suatu kaum
dan akan
menyelamatkan
mereka di dunia dan
akhirat. Allah
subhanahu wa
ta ’ala berfirman:
“Negeri akhirat itu
Kami jadikan untuk
orang-orang yang
tidak
menyombongkan diri
dan berbuat
kerusakan di muka
bumi dan kesudahan
yang baik bagi
orang-orang yang
bertakwa. ” (Al-
Qashash: 83)
Fudhail bin Iyadh t
(seorang ulama
generasi tabiin)
ditanya tentang
tawadhu ’, beliau
menjawab:
“ Ketundukan
kepada kebenaran
dan memasrahkan
diri kepadanya serta
menerima dari
siapapun yang
mengucapkannya. ” (Madarijus
Salikin, 2/329).
Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wasallam
bersabda:
“ Tidak akan
berkurang harta
yang dishadaqahkan
dan Allah tidak akan
menambah bagi
seorang hamba yang
pemaaf melainkan
kemuliaan dan
tidaklah seseorang
merendahkan diri
karena Allah
melainkan akan Allah
angkat
derajatnya.” (Shahih,
HR. Muslim no. 556
dari shahabat Abu
Hurairah z)
Ibnul Qayyim t dalam
kitab Madarijus
Salikin (2/333)
berkata:
“ Barangsiapa yang
angkuh untuk tunduk
kepada kebenaran
walaupun datang
dari anak kecil atau
orang yang
dimarahinya atau
yang dimusuhinya
maka kesombongan
orang tersebut
hanyalah
kesombongan
kepada Allah karena
Allah adalah Al-Haq,
ucapannya haq,
agamanya haq. Al-
Haq datangnya dari
Allah dan kepada-
Nya akan kembali.
Barangsiapa
menyombongkan diri
untuk menerima
kebenaran berarti
dia menolak segala
yang datang dari
Allah dan
menyombongkan diri
di hadapan-Nya. ”
Perintah untuk
Tawadhu ’
Dalam pembahasan
masalah akhlak, kita
selalu terkait dan
bersandar kepada
firman Allah
subhanahu wa
ta’ala:
“Sungguh telah ada
bagi kalian pada diri
Rasul teladan yang
baik. ” (Al-Ahzab: 21)
Dalam hal ini banyak
ayat yang
memerintahkan
kepada beliau untuk
tawadhu ’, tentu
juga perintah
tersebut untuk
umatnya dalam
rangka meneladani
beliau. Allah
subhanahu wa
ta’ala berfirman:
“Dan rendahkanlah
dirimu terhadap
orang-orang yang
mengikutimu yaitu
orang-orang yang
beriman. ” (Asy-
Syu’ara: 215).
Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wasallam
bersabda:
“ Sesungguhnya
Allah telah
mewahyukan
kepadaku agar
kalian merendahkan
diri sehingga
seseorang tidak
menyombongkan diri
atas yang lain dan
tidak berbuat zhalim
atas yang
lain. ” (Shahih, HR
Muslim no. 2588).
Demikianlah
Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wasallam
mengingatkan
kepada kita bahwa
tawadhu ’ itu
sebagai sebab
tersebarnya
persatuan dan
persamaan derajat,
keadilan dan
kebaikan di tengah-
tengah manusia
sebagaimana sifat
sombong akan
melahirkan
keangkuhan yang
mengakibatkan
memperlakukan
orang lain dengan
kesombongan.
Macam-macam
Tawadhu ’
Telah dibahas oleh
para ulama sifat
tawadhu ’ ini dalam
karya-karya mereka,
baik dalam bentuk
penggabungan
dengan pembahasan
yang lain atau
menyendirikan
pembahasannya. Di
antara mereka ada
yang membagi
tawadhu ’ menjadi
dua:
1. Tawadhu’ yang
terpuji yaitu ke-
tawadhu ’-an
seseorang kepada
Allah dan tidak
mengangkat diri di
hadapan hamba-
hamba Allah.
2. Tawadhu ’ yang
dibenci yaitu
tawadhu ’-nya
seseorang kepada
pemilik dunia karena
menginginkan dunia
yang ada di sisinya.
(Bahjatun Nazhirin,
1/657).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar